Grup Ciputra (GC)
Grup Ciputra (GC) merupakan salah satu perusahaan pengembang properti terbesar di Indonesia yang sudah terkenal baik di dalam negeri maupun kalangan internasional. GC didirikan oleh Ciputra atau Tjie Tjin Hoan yang berasal dari keluarga sederhana di desa kecil Parigi, Sulawesi Tenggara. Setelah lulus kuliah dari jurusan arsitektur ITB pada tahun 1960, Ciputra membangun perusahaan pengembang properti pertamanya yang merupakan patungan dengan gubernur DKI Jakarta pada masa itu-Soemarno, PT. Pembangunan Jaya. Lalu pada tahun 1971 Ciputra mendirikan perusahaannya sendiri yaitu Metropolitan City. Belum merasa cukup, pada 1980 bersama dengan istri dan keempat anaknya yang baru tamat kuliah di luar negeri Ciputra mendirikan Ciputra Group. Secara struktur organisasi, Ciputra Group terbagi menjadi:
• PT Ciputra Development Tbk : proyek domestik dan luar negeri
• PT Ciputra Surya Tbk : proyek dalam negeri
• PT Ciputra Property : proyek komersial dalam negeri
• Ciputra Group for Overseas Project : proyek luar negeri
• PT Ciputra Surya Tbk : proyek dalam negeri
• PT Ciputra Property : proyek komersial dalam negeri
• Ciputra Group for Overseas Project : proyek luar negeri
Melalui perusahaan-perusahaannya, Ciputra kini telah menjadi salah satu raksasa pengembang yang terpandang baik dalam skala domestik maupun internasional. Ciputra kini juga mengkoordinir delapan bisnis lainnya masing-masing konsultan, pariwisata, keuangan, infrastruktur, telekomunikasi serta air minum. Namun, sektor bisnis utamanya dalah sebagai pengembang properti. Sederet prestasi dan penghargaan telah diperoleh oleh pengusaha kawakan properti ini sehingga dijuluki “Begawan Properti Indonesia”.
Sebagai pengembang yang cukup lama berkecimpung dalam industri properti, Ciputra Group memiliki segudang pengalaman dan reputasi yang diakui dalam bidangnya. Hal ini terbukti dari sejumlah penghargaan dan proyek properti yang telah dihasilkan oleh salah satu pengembang properti terbesar di Indonesia ini. Prestasi dan reputasi yang dimiliki Ciputra Group tidak boleh membuat perusahaan ini terlena, malah sebaliknya prestasi demi prestasi harus diraih oleh Ciputra Group untuk menunjukkan kapasitasnya sebagai pengembang inovator. Meskipun memiliki keunggulan dalam pengalaman dalam industri ini yaitu 30 tahun lebih, perusahaan harus tetap mewaspadai perubahan-perubahan yang terus terjadi di lingkungan internal maupun eksternal. Di tengah persaingan industri properti yang semakin ‘panas’, terlambat merespon pasar dan memaksimalkan peluang akan menyebabkan perusahaan tertinggal dari kompetitor lainnya. Teknik yang dapat digunakan oleh perusahaan untuk menghadapi perubahan antara lain: Internal Factor Analysis Summary (IFAS), External Factor Analysis Summary (EFAS), Strategic Factor Analysis Summary (SFAS), dan SWOT Analysis. Teknik ini banyak diadopsi dan dipakai oleh sejumlah besar perusahaan kelas dunia sehingga efektivitas teknik strategi ini dapat diyakini. Berikut ini akan dipaparkan masing-masing strategi yang telah disebutkan di atas.
Internal Factor Analysis Summary ( IFAS)
Internal Strategic Factors Weight Rating Weighted Score Comments
Strengths
Ø S1 Manajemen yang berpengalaman 0.11 3 0.33 Pengetahuan dalam bidangnya
Ø S2 Reputasi perusahaan 0.15 3 0.45 Telah diakui di kawasan Asia
Ø S3 Responsif terhadap kondisi pasar 0.10 2 0.20 Siap dan adaptasi menghadapi perubahan dari keuntungan produk yang ditawarkan
Ø S4 Penjualan secara inden (prajual) 0.02 1 0.02 Meringankan alokasi biaya dan modal kerja
Ø S5 Joint Venture dengan mitra bisnis 0.17 3 0.51 Modal kerja dan kemudahan akses serta dan pemerintah setempat fasilitas (cth. perpajakan, pembebasan lahan)
Weakness
Ø W1 Harga jual 0.15 4 0.60 Harga cukup mahal untukmasyarakat negara berkembang
Ø W2 Biaya periklanan dan promosi 0.12 4 0.48 Mencari cara pemasaran yang tepat
Ø W3 Market positioning 0.10 3 0.30 Hanya menyasar kalangan menengah ke atas saja, membatasi ruang gerak
Ø W4 Konsep dan desain proyek yang sama 0.05 1 0.05 Karakter konsumen tiap negara
untuk setiap negara berbeda-beda
untuk setiap negara berbeda-beda
Ø W5 Specialized in landed house only 0.03 2 0.06 Konsumen tidak memiliki banyak
pilihan
pilihan
Total 1.00 3.00
External Factor Analysis Summary (EFAS)
External Strategic Factors Weight Rating Weighted Score Comments
Opportunities
Ø O1 Perkembangan ekonomi Asia 0.12 3 0.36 Pertumbuhan ekonomi China, Vietnam, dan India yang tinggi turut meningkatkan permintaan akan property
Ø O2 Insentif dan keringanan pajak 0.11 4 0.44 Meningkatkan daya saing produk khususnya dari segi harga dari pemerintah setempat sehingga memudahkan konsumen untuk membelinya
Ø O3 Jumlah penduduk 0.04 2 0.08 Market share yang masih sangat besar di China dan India
Ø O4 Tren pertumbuhan properti 0.08 3 0.24 Negara tujuan merupakan negara berkembang yang sangat gencar ambisius untuk membangun megaproyek fenomenal
Ø O5 Demand pasar yang besar 0.10 3 0.30 Permintaan akan proyek luxury yang tinggi tetapi supply masih sangat sedikit (tidak banyak pilihan yang tersedia)
Threats
Ø T1 Kompetitor internasional 0.10 3 0.30 Pengembang asal China, Malaysia, dan Singapura sangat agresif dalam menggarap pasar Asia dengan konsep yang matang
Ø T2 Regulasi hak milik asing dan HGB 0.10 2 0.20 Menurunkan minat investor asing untuk membeli properti di negara bersangkutan
Ø T3 Penolakan masyarakat lokal 0.07 1 0.07 Isu sosial dan penolakan warga lokal karena pembangunan menyebabkan polusi lingkungan dan kebisingan
Ø T4 Kenaikan harga pangan dan BBM 0.13 4 0.52 Mempengaruhi daya beli dan prioritas kebutuhan konsumen
Ø T5 Tingkat suku bunga 0.15 4 0.60 Menghambat pembelian secara kredit dan meningkatkan biaya bunga modal
Total 1.00 3.11
Strategic Factor Analysis Summary (SFAS)
Weighted InterKey Strategic Factors Weight Rating Score Short mediate Long Comments
Ø S1 Manajemen yang berpengalaman 0.10 3 0.30 x Pengetahuan dan pengalaman
Ø S2 Reputasi perusahaan 0.12 4 0.48 x Dikenal luas dan telah diakui di Asia
Ø S5 Joint venture dengan mitra bisnis dan 0.10 4 0.40 x Modal kerja, akses dan perizinan, dan pemerintah setempat pembagian resiko
Ø W1 Harga jual 0.10 4 0.40 xx Mahal untuk negara berkembang
Ø W2 Biaya periklanan dan promosi 0.06 3 0.18 x Media pemasaran yang efisien dan efektif
Ø O1 Perkembangan ekonomi Asia 0.11 3 0.33 xx Pertumbuhan ekonomi "raksasa Asia" yang mendekati angka dua digit (khusus China melampaui)
Ø O2 Insentif dan keringanan pajak 0.13 4 0.52 x Nilai tambah produk dari pemerintah setempat
Ø T4 Kenaikan harga pangan dan BBM 0.13 4 0.52 x x Mempengaruhi daya beli
Ø T5 Tingkat suku bunga 0.15 4 0.60 x x Menghambat penjualan secara kredit dan biayabunga modal
Total 1.00 3.73
Rating yang digunakan: 1 = kurang berpengaruh .2 = cukup berpengaruh. 3 = berpengaruh .4 = sangat berpengaruh
SWOT Matrix Internal Factors(IFAS) & External Factors (EFAS)
1. Strenghts (S)
Ø S1 Manajemen yang berpengalaman
Ø S2 Reputasi perusahaan
Ø S3 Responsif terhadap kondisi pasar
Ø S4 Penjualan secara inden (prajual)
Ø S5 Joint Venture dengan mitra bisnis dan pemerintah setempat
2. Weaknesses (W)
Ø W1 Harga jual
Ø W2 Biaya periklanan dan promosi
Ø W3 Market positioning
Ø W4 Konsep dan desain proyek yang sama untuk setiap negara
Ø W5 Specialized in landed house only
3. Opportunities (O)
Ø O1 Perkembangan ekonomi Asia
Ø O2 Insentif dan keringanan pajak dari pemerintah setempat
Ø O3 Jumlah penduduk
Ø O4 Tren pertumbuhan properti yang gencar
Ø O5 Demand pasar yang besar
SO Strategies :
Ø Mengsinergikan keunggulan dari mitra bisnis dengan pengetahuan manajemen dan reputasi perusahaan untuk meningkatkan produktivitas
Ø Melalui reputasi, pengalaman, dan konsep unik yang dimiliki, perusahaan dapat berekspansi ke new emerging country seperti Eropa Timur dan Asia Pasifik
WO Strategies :
Ø Tingkatkan portfolio dan variasi produk
Ø Meningkatkan program training and development agar SDM-nya semakin kreatif dan inovatif menciptakan produk yang sesuai dengan selera konsumen dan tren pasar
Threats (T)
Ø T1 Kompetitor internasional
Ø T2 Regulasi hak milik asing dan HGB
Ø T3 Penolakan masyarakat local
Ø T4 Kenaikan harga pangan dan BBM
Ø T5 Tingkat suku bunga
ST Strategies :
Ø Menggandeng kompetitor agar mengurangi pesaing dan memperoleh pengetahuan baru dari competitor
Ø Mulai membawa perusahaan untuk go public agar memperoleh dana untuk mengembangkan bisnis dan meningkatkan kepercayaan publik
WT Strategies :
Ø Menetapkan harga yang terjangkau dengan tetap mempertahankan kualitas
Ø Mencari cara pemasaran yang efisien dan efektif
Ø Desain baru yang inovatif dan mengikuti tren pasar
Sejumlah proyek dan mega proyek prestisius telah dibangun oleh Ciputra melalui perusahaannya, yaitu PT Pembangunan Jaya, Metropolitan City, dan Ciputra Group, sejumlah bangunan yang telah dibangun antara lain: super block, perumahan, perkantoran, mal, hotel, apartemen, tempat ibadah, lapangan golf, resor, dan lain-lain. Sejak tahun 2003 industri properti mengalami booming dan puncaknya terjadi pada tahun 2004. Sejumlah grup yang berkibar tahun 2003 dan 2004 di antaranya adalah Grup Ciputra, Agung Podomoro, Pakuwon Jati, Lippo, Agung Sedayu, Summarecon Agung, Jababeka, Berca, Jan Darmadi, Gapura Prima, Duta Pertiwi, Bangun Cipta Sarana, dan sebagainya. Proyek-proyek para pelaku utama itu umumnya bertebaran di Jabotabek, Bandung, Surabaya, Medan, danMakassar . Hal ini dikarenakan faktor tingkat suku bunga yang cukup rendah sehingga meningkatkan daya beli masyarakat dan pertumbuhan industri yang cukup signifikan sehingga memerlukan gedung-gedung baru baik untuk perkantoran, hotel, pabrik, hingga tempat tinggal dan fasilitas publik lainnya. Persaingan di antara sesama pengembang besar tentu saja tidak terelakkan lagi. Hal yang menarik diamati, "pertarungan" merebut pasar properti antar para pemain besar itu akhirnya memunculkan label untuk para pemain itu. Ciputra misalnya, mempunyai megaproyek di sektor perumahan (landed house) di beberapa kota, kondominium, perhotelan, sentra permukiman, dan super block. Trihatma Haliman dari Agung Podomoro amat tangguh di sektor apartemen/kondominium. Proyek Trihatma di antaranya adalah Pakubuwono, The Peak, Sudirman Park, dan apartemen-apartemen dengan label Mediterania. PT Duta Pertiwi muncul dengan label perumahan dan trade center. Proyek-proyek yang dikerjakan di antaranya adalah ITC Mangga Dua, ITC Roxy Mas, ITC Fatmawati, ITC Permata, Bumi Serpong Damai, dan sebagainya. Summarecon Agung, grup usaha yang dipimpin Sucipto Nagaria juga meraih sukses amat besar. Apartemen, pusat perbelanjaan (misalnya Mal Kelapa Gading) dan perumahan Kelapa Gading, dan Gading Serpong. Grup Pakuwon Jati yang dipimpin Alex dan Melinda Tedja juga meraih sukses besar. Proyek Pakuwon di Surabaya dan Jakarta mendapat sambutan besar pasar. Lihatlah misalnya proyek Plaza Tunjungan (sampai empat tahap), kondominium, Laguna Indah, Supermal, Pakuwon Trade Center, Blok M Plaza, dan Somerset Pakuwon Berlian. Kerasnya persaingan di industri properti tentu saja memaksa para pengembang untuk terus melakukan perbaikan dan menciptakan inovasi dan perubahan yang memberikan nilai tambah bagi proyek yang digarapnya sehingga memberikan kepuasan tersendiri bagi konsumen dan mendapat kepercayaan publik. Di tengah isu pemanasan global dan kerusakan lingkungan yang secara langsung memberikan dampak pada industri ini menyebabkan hanya developer yang menghadirkan proyek berkualitas yang dapat bertahan. Di tengah krisis ekonomi global yang disebabkan oleh resesi dan perlambatan ekonomi Amerika Serikat karena kasus subprime mortgage yang juga menyebabkan turunnya kepercayaan pasar di sektor properti, inflasi yang tinggi, fluktuasi suku bunga bank sentral, kenaikan harga bahan bakar minyak dan bahan pangan menyebabkan industri properti menghadapi sejumlah tantangan dan hambatan terutama turunnya daya beli masyarakat domestik sehingga pengembang harus mencari jalan keluar baru untuk tetap dapat bertahan dan mengembangkan bisnisnya. Langkah-langkah yang cepat dan tepat harus segera dilakukan sebelum peluang direbut oleh kompetitor lainnya. Salah satu langkah yang dilakukan Ciputra Group yaitu menggarap peluang dan pasar potensial baru di luar negeri.Strategi ini akan menyebabkan perubahan status Ciputra Group menjadi Multinational Corporation. Ekspansi ke luar negeri diduga kuat merupakan langkah Ciputra Group untuk mencari pendapatan baru di luar negeri karena ketatnya persaingan properti domestik sehingga mengurangi “porsi kue” dan menggerus marjin domestik Ciputra Group disamping semakin mahal dan sedikit tanah di kota-kota besar yang tersedia untuk dibangun khusunya di pulau Jawa. Disini akan dibahas bagaimana Ciputra Group for Overseas Project (CGOP) mengibarkan bendera Ciputra Group di luar negeri. Ekspansi di luar negeri telah dilakukan oleh Ciputra Group melalui salah satu unit bisnisnya yaitu Ciputra Group for Overseas Project (CGOP) yang mengandalkan konsep township development dan mixed used, Ciputra Group menghadirkan beberapa megaproyek yang telah berhasil ataupun yang sedang dibangun, seperti di Vietnam (Ciputra Hanoi International City), Kamboja (Grand Phnom Penh International City), dan India (Kolkata West International City). Untuk kedepannya Ciputra Group akan menggarap negara-negara lainnya antara lain di China (Sanghai, Wohan, propinsi Guangxi, dan Nanjing), Timur Tengah (Pakistan dan Qatar), dan Polandia. Di tengah sejumlah rencana dan proyek ambisius di luar negeri yang sedang maupun yang akan dilaksanakan, Ciputra Group harus mampu menganalisa segala kekuatan, kelemahan, peluang, maupun lingkungan perusahaan. Dengan menggunakan hasil analisa tersebut diharapkan Ciputra Group akan dapat mengoptimalkan kekuatannya, meminimalkan atau mengeliminasi kelemahan, mampu mengelola resiko serta hambatan/tantangan, dan memaksimalkan setiap peluang yang ada. Selain itu perusahaan juga harus dapat memahami keinginan dan kebutuhan konsumen dengan menggunakan teknik analisa outside-in. Hal ini bertujuan untuk mengenal karakter konsumen yang berbeda-beda di setiap negara sehingga perusahaan dapat menghadirkan produk yang tepat dan dapat diterima oleh konsumen mancanegaranya. Dengan melakukan langkah-langkah tersebut perusahaan akan memperoleh reputasi yang baik dari stakeholders sehingga mempermudah akses untuk proyek-proyek selanjutnya. Perusahaan juga harus mempertimbangkan perbedaan budaya, regulasi, dan peraturan yang mungkin berbeda-beda di setiap negara, seperti perpajakan, hak kepemilikan, tata cara periklanan, tanggung jawab sosial kepada publik, hingga aturan local content.